PUPUH
Ada tujuh belas macam pupuh yang berkembang di daerah Sunda. Baik nama maupun peraturan dalam membuat pupuh berbeda satu sama lainnya, begitu pula tentang watak-wataknya. Walaupun jumlah pupuh ada tujuh belas macam yang sangat populer dalam penggunaan untuk rumpaka hanya empat yaitu : Kinanti, Sinom, Asmarandana dan Dangdanggula (KSAD).Pupuh sangat banyak dipergunakan dalam repertoar Tembang Sunda. Walaupun demikian dalam lagu sindenan, pupuh banyak dipergunakan dalam kata-kata untuk lagu Ageung. Meskipun telah banyak sajak-sajak bebas yang dipergunakan untuk sekar, bentuk pupuh pun masih banyak dipergunakan. Dalam gending karesmen gaya lama, unsur pupuh sangat dominant sekali. Karya RTA Sunarya, Machyar Anggakusumadinata, Wahyu Wibisana, Ading Affandi, Hidayat Suryalaga, sangat menonjol dalam penggunaan pupuhnya yang diolah dalam gending karesmennya.
Nembang Wawacan adalah salah satu contoh penggunaan pupuh secara utuh dalam penggunaan kata-kata lagunya.
Seandainya pada pupuh dipergunakan juga bentuk-bentuk puisi lain didalamnya seperti paparikan dan wawangsalan, maka istilahnya biasa disebut Paparikan Dangding atau Wawangsalan Dangding.
Nama-nama Pupuh dan contoh rumpakanya: Asmarandana, Dangdanggula, Durma, Balakbak, Gurisa, Gambuh, Kinanti, Lambang, Ladrang, Magatru, Maskumambang, Mijil, Pangkur, Pucung, Sinom, Wirangrong dan Juru Demung..
LINGKUNG SENI LINGGAR LINUHUNG
RAEHAN 17 Sekar Pupuh
1. ASMARANDANA
2. BALAKBAK
3. DANGDANGGULA
4. DURMA
5. GAMBUH
6. GURISA
7. JURUDEMUNG
8. KINANTI
9. LADRANG
10. LAMBANG
11. MAGATRU
12. MASKUMAMBANG
13. MIJIL
14. PANGKUR
15. PUCUNG
16. SINOM
17. WIRANGRONG
IDA ROSIDA |
- H. Yus Wr, Neng Dini - DANGDANGGULA
- H. Yus Wr. & Novi & Rani - SINOM
- Rosyanti & Neng Dini - KINANTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar